Gambaran Kejadian dan Penanganan In-Hospital Cardiac Arrest (IHCA)
Abstract
Pendahuluan: In-hospital cardiac arrest (IHCA) merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan henti jantung di dalam rumah sakit yang dapat mengancam jiwa apabila tidak mendapatkan penanganan segera. Cardiac arrest mengakibatkan kurangnya distribusi oksigen ke suluruh tubuh, terutama di otak dan jantung. Penanganan yang cepat dan tepat dapat diwujudkan jika tenaga kesehatan mampu melakukan chain of survival IHCA dengan memadukan basic life support (BLS) dan advanced cardiac life support (ACLS) untuk mencapai return of spontaneous circulation (ROSC). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian dan penanganan IHCA. Metode: Peneliti menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan metode retrospective study data sekunder (rekam medis). Teknik sampling yang digunakan adalah non-randomized purposive sampling pada 29 kejadian cardiac arrest yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori lanjut usia (≥60 tahun) sebanyak 55,2%, jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%, dan 72,4% menunjukkan irama EKG awal asistol. Penyebab paling sering cardiac arrest adalah penyakit non jantung (79,3%) dan mayoritas terjadi di ICU-ICCU (55,2%). Semua responden mendapatkan CPR dan epinefrin (100%). Defibrilasi diberikan sebanyak 24,1 %, amiodaron diberikan sebanyak 10,3%, serta intubasi endotrakeal dilakukan pada 37,9% responden. Responden yang mencapai ROSC sebanyak 24,1%, tetapi lima diantaranya mengalami cardiac arrest berulang dan dinyatakan meninggal <24 jam. Diskusi: Tenaga kesehatan diharapkan mampu mengenali faktor risiko dan melakukan tatalaksana pasien IHCA sehingga angka keberhasilan pasca resusitasi meningkat.